google.com, pub-5131649008171023, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Connect with us

Suara Difabel Mandiri (SDM)

Rumitnya Menjadi Seorang Difabel yang Tersisihkan

Article

Rumitnya Menjadi Seorang Difabel yang Tersisihkan

Pendahuluan

Sebelumnya, mesti kita sepakati bersama bahwa tulisan ini tidak bermaksud menyinggung ataupun menyudutkan suatu kelompok maupun pihak-pihak tertentu. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan komunitas, organisasi, serta lembaga yang mengatasnamakan isu difabel di Indonesia bisa semakin lebih baik lagi ke depannya.

Perhatian Lebih pada Difabel Tuli

Selama ini, Tuli merupakan salah satu kelompok difabel yang paling banyak disorot keberadaannya. Hal tersebut terlihat dari banyaknya acara yang diadakan oleh para aktivis difabel di Indonesia. Acara-acara tersebut meliputi pelatihan bahasa isyarat, pelatihan persiapan kerja, dan berbagai kegiatan lainnya.

Namun, kondisi ini sering kali membuat kelompok difabel lain seolah-olah tersisihkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Tuli menghadapi tantangan komunikasi yang signifikan, sehingga pelatihan seperti bahasa isyarat perlu sering diadakan untuk sosialisasi kepada masyarakat awam. Meski demikian, bukanlah bijak jika perhatian kepada difabel lain menjadi terabaikan. Semua kelompok difabel membutuhkan perhatian dan sosialisasi yang setara kepada masyarakat.

Pentingnya Sosialisasi untuk Difabel Lain

Jika acara untuk difabel Tuli saja dapat sering diadakan, maka acara serupa untuk difabel lainnya juga semestinya diagendakan. Misalnya, sosialisasi tentang Autis kepada masyarakat sangat penting, mengingat masih banyak orang yang salah kaprah dan menganggap Autis sama dengan gangguan jiwa. Jika sosialisasi semacam ini tidak segera diadakan, tindakan semena-mena terhadap difabel Autis, terutama di pedesaan, mungkin akan terus terjadi.

Selain itu, sosialisasi terkait membantu mobilitas difabel Daksa juga masih jarang dilakukan. Teknik mendorong kursi roda yang benar atau penyediaan fasilitas umum yang aksesibel untuk mereka adalah hal mendasar yang perlu diajarkan kepada masyarakat.

Begitu pula untuk difabel Netra, pelatihan tentang cara membantu mobilitas mereka, seperti menuntun dengan benar atau memberi petunjuk tentang tempat duduk, sangat penting. Pelatihan orientasi dan mobilitas semacam ini hampir tidak pernah diadakan, padahal sangat dibutuhkan.

Menuju Indonesia yang Inklusif

Masih banyak jenis difabel lain yang jarang terekspos keberadaannya dan kebutuhannya. Mereka sering kali tidak mampu bersuara karena keterbatasan keadaan. Oleh karena itu, mari kita wujudkan Indonesia yang lebih inklusif dengan cara tidak menjadikan satu golongan difabel lebih eksklusif daripada yang lain.

Semua difabel memiliki hak yang sama. Jangan dibeda-bedakan, karena mereka juga manusia dan layak untuk hidup bahagia.

Oleh: Rizky Ramadhani

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Article

To Top