Connect with us

Suara Difabel Mandiri (SDM)

Film “Aku Perlu Tahu” Menceritakan tentang Difabel Masuk lima Besar Eagle Award Documentary 2016

Berita

Film “Aku Perlu Tahu” Menceritakan tentang Difabel Masuk lima Besar Eagle Award Documentary 2016

JOMBANG 10/25/2016  – Film pendek berjudul ‘Aku Perlu Tahu’ yang menceritakan tentang pentingnya pengetahuan kesehatan reproduksi bagi kaum difabel berhasil masuk lima besar kompetisi Eagle Award Documentary 2016. Film berdurasi 00:23:14 merupakan karya Mufti Rasyid (29), warga Desa Cukir, Kecamatan Diwek dan Fery Sriafandi (26), warga Jln. Pondok Hidayah, Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

Melalui film tersebut, kedua pemuda asal kota santri ini bercerita tentang Achmad Fathul Iman (26), seorang guru SMALB Muhammadiyah Jombang beserta siswinya, Iris Sofiyya (18), seorang penyandang tuna rungu – tuna wicara. Dengan segala tantangan yang dihadapi Iman berusaha dengan segala cara kreatifnya untuk meningkatkan pamahaman para siswa difabel tentang kesehatan reproduksi.

“Tentunya di sini Iman tidak bekerja sendiri. Dibantu dengan Iris dan beberapa pihak lainnya, Iman berusaha memberikan pemahaman yang benar tentang kesehatan reproduksi pada kaum difabel. Sebagai sesama warga negara, kaum difabel berhak mendapatkan pengetahuan yang sama dalam segala hal, termasuk juga dalam bidang kesehatan repoduksi,” ujar Fery Sriafandi, salah satu pembuat film dalam keterangannya kepada Bangsaonline, Minggu (23/10).

jhsd

Menurutnya, selama ini para siswa difabel memiliki pengetahuan yang kurang tentang masalah reproduksi, hal ini berdampak pada rentannya mereka terhadap beberapa penyakit diseputar alat reproduksi serta tindakan kekerasan seksual. Data-data yang ada menunjukkan anak-anak difabel memiliki resiko kekerasan seksual yang lebih tinggi dibandingkan anak normal.

“Hebatnya, di Jombang  SMALB Muhammadiyah Jombang merupakan satu-satunya sekolah  yang mengajarkan materi kesehatan reproduksi pada siswa. Sedangkan itu tidak ada dalam kurikulum Diknas,” jelasnya.

Fery mengatakan, melalui film yang dikerjakan sekitar dua Bulan itu, dirinya dan Rosyid ingin mengajak masyarakat untuk melindungi kaum difabel. Memberi hak yang setara, ditemani dan diberi kesempatan seperti halnya masyarakat yang normal.

“Dengan melihat film ini semoga masyarakat tidak lagi memandang kaum difabel dengan sebelahmata dan bersama untuk mengayomi mereka dari tindak kekerasan seksual,” pungkasnya. (SDM)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Berita

To Top